Sabtu, 17 Desember 2011

Tangkuban Perahu Bandung

 


Tangkuban Perahu Bandung
Tangkuban Perahu Bandung – Buat para turis asing maupun domestic tentu tidak ingin melewati berkunjung ke wilayah yang memiliki pemandangan yang indah di Indonesia. Wisata tersebut adalah Tangkuban Perahu Bandung. Pemandangan indah serta history yang menarik merupakan ciri khas dari wisata yang ada dibandung Indonesia ini. Wisata Bandung yang satu ini sungguh sangat sayang lho kalau sampai tidak dikunjungi.
 
 

Wisata gunung Tangkuban Perahu Bandung ini mempunyai sejarah yang menarik untuk diikuti dan simak. Selain pernah dipelajari, berdasarkan wikipedia.org, wisata ini bercerita tentang legenda Sangkuriang. Legenda tersebut mengisahkan kisah cinta Sangkuriang terhadap Ibunya yang bernama Dayang Sumbi. Demi menggagalkan niat sang anak, Dayang Sumbi memberikan syarat dibuatnya perahu dalam waktu 1 malam. Ketika usahanya gagal, perahu tersebut ditendang oleh Sangkuriang dan membentuk sebuah gunung seperti terlihat saat ini.



Ya itulah legenda dari gunung Tangkuban Perahu Bandung. Anda boleh percaya dan boleh tidak. Sebagai tamabahan, gunung tersebut hingga saat ini masih termasuk dalam kategori gunung aktif di Indonesia. Letaknya sendiri berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dengan jarak 20 km arah Utara Kota Bandung.

Kamis, 08 Desember 2011

Taman Mini Indonesia Indah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Logo Taman Mini Indonesia Indah
Danau yang menggambarkan kepulauan Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 hektar[1] atau 1,5 kilometer persegi ini terletak pada koordinat 6°18′6.8″LS,106°53′47.2″BT. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, seta menampilkan aneka busana, tarian dan tradisi daerah. Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu kota.[2]

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Sejarah

Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Melalui miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia.[2] Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektar. Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.[2]

[sunting] Logo dan maskot

TMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman Mini Indonesia Indah". Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra). Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.

Anjungan daerah

Tari Jaipongan di Anjungan Jawa Barat TMII.
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap anjungan menampilkan bangunan khas setempat. Anjungan ini juga menampilkan baju dan pakaian adat, busana pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan perabot sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan. Semuanya ini dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga dilengkapi panggung, amfiteater atau auditorium untuk menampilkan berbagai tarian tradisional, pertunjukan musik daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada hari Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang menyajikan berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta dilengkapi toko cinderamata yang menjual berbagai kerajinan tangan, kaus, dan berbagai cinderamata.
Sejak tahun 1975 hingga tahun 2000 rancangan asli TMII terdiri atas anjungan rumah adat dari 27 provinsi di Indonesia, termasuk Timor Timur. Akan tetapi setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002, status anjungan Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu karena kini Indonesia terdiri atas 33 provinsi, anjungan-anjungan provinsi baru seperti Bangka Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua Barat telah dibangun di sudut Timur Laut TMII, walaupun ukuran dan luas anjungan provinsi baru ini jauh lebih kecil dari anjungan provinsi yang telah dibangun sebelumnya.

[sunting] Bangunan keagamaan

Bangunan keagamaan diwakili oleh beberapa rumah ibadah agama resmi yang diakui di Indonesia, hal ini untuk menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar agama di Indonesia. Bangunan-bangunan keagamaan antara lain:

[sunting] Sarana rekreasi

Istana Anak-anak Indonesia
Keong Mas
  • Istana Anak-anak Indonesia
  • Kereta gantung
  • Perahu Angsa Arsipel Indonesia
  • Taman Among Putro
  • Taman Ria Atmaja
  • Desa Wisata
  • Kolam renang Snow Bay

[sunting] Taman

Di TMII terdapat sepuluh macam taman yang menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia:
Kubah Taman Burung.
  • Taman Anggrek
  • Taman Apotek Hidup
  • Taman Kaktus
  • Taman Melati
  • Taman Bunga Keong Emas
  • Akuarium Ikan Air Tawar
  • Taman Bekisar
  • Taman Burung
  • Taman Ria Atmaja Park, panggung pagelaran musik
  • Taman Budaya Tionghoa Indonesia (tengah dibangun)

[sunting] Museum

Purna Bhakti Pertiwi Museum berbentuk Tumpeng.

Museum Indonesia berarsitektur Bali.
Museum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya, flora dan fauna, serta teknologi di Indonesia. Terdapat 14 museum di TMII:

[sunting] Teater atau bioskop

  • Teater IMAX Keong Emas yaitu teater dengan layar berukuran raksasa, jauh lebih besar daripada layar bioskop ukuran normal. Di Teater IMAX Keong Mas diputar berbagai film mulai dari film bertemakan lingkungan dan kebudayaan nusantara sampai film-film box office yang resolusinya diubah menjadi khusus untuk teater IMAX. Film IMAX yang diputar antara lain Indonesia Indah II, Force of Nature, T-Rex, Blue Planet, Arabia, Journey to Mecca, dll. Beberapa film box office yang pernah diputar disini diantaranya adalah Harry Potter and the Prisoner of Azkaban , dan Spiderman 2 .
  • Teater Tanah Airku
  • Teater 4D

Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka (3)

sorga-neraka
Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan alasannya.
Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu. Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.
Dengan tubuh lemas Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Kemudian Izrael membawa Nabi Idris ke surga. “Assalamu’alaikum…” kata Izrael kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat tampan.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau  tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah:
“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
***
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
“Inilah Idris,” jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam ayat 56 dan 57.

Festival Rock In Solo 2011 Akan Hadirkan 5 Band Metal Internasional

Undang Kataklysm (Kanada), Deranged (Swedia), Enforce (Australia), Oathen dan Isthar (Korea).

image
Konferensi pers Rock In Solo 2011 (Foto: the ThiNk)
Jakarta - Setelah sebelumnya diadakan sebanyak empat kali masing-masing pada 2004, 2007, 2009, dan 2010, festival musik metal terbesar di Jawa Tengah, bahkan salah satu yang terbesar di Indonesia, Rock In Solo, akan kembali hadir tahun ini, tepatnya pada 17 September mendatang, dengan tajuk Heritage Metal Fest. Alun-Alun Utara Kota Solo telah dipilih sebagai tempat digelarnya acara tersebut.

the ThiNK, sebuah kolektif yang intens dalam helatan subkultur di kota Solo dan berhasil memboyong nama-nama besar seperti Caliban, Psycroptic, dan Dying Fetus ke kota tersebut, bekerjasama dengan Tecma Advertising ikut merencanakan Rock In Solo 2011 ini.

Rock In Solo tahun ini dimeriahkan oleh beberapa nama pengusung musik cadas yang berasal dari belahan dunia lain, sebut saja Kataklysm dari Kanada, Deranged dari Swedia, Enforce dari Australia, serta Oathen dan Isthar yang keduanya berasal dari Korea Selatan.

Untuk band dalam negeri, penyelenggara telah menyiapkan tidak kurang dari 30 band lokal, di antaranya Burgerkill, Down for Life, Rajasinga, Gigantor, Suri, Extreme Decay, dan masih banyak lagi.

Press release tersebut juga mencantumkan bahwa salah satu alasan di balik pemilihan Alun-Alun Utara sebagai lokasi penyelenggaraan Rock in Solo Heritage Metal Fest 2011 adalah nilai historis yang terkandung di dalamnya. Jika di masa lalu Alun-Alun Utara berfungsi sebagai tempat membariskan prajurit sesaat sebelum mereka berangkat perang, lokasi di mana Raja bertemu dengan rakyatnya, tempat rakyat berkumpul saat akan mendengar pengumuman penting, dan tempat menggelar upacara tradisi, maka pada bulan September nanti alun-alun ini akan menjadi titik bersejarah di mana ratusan prajurit metal akan berbaris.

Soal durasi acara dan jumlah panggung, Rock in Solo tahun ini diakui Victor Juliano, selaku panitia, akan mengalami pengembangan.

“Tahun lalu Rock in Solo berlangsung mulai pukul 13.00 sampai 22.00, tahun ini digelar sejak pukul 10.00 hingga 23.00. Tahun lalu hanya ada dua band internasional, tahun ini ada lima. Tahun lalu kita memanggungkan 15 band lokal, sekarang membengkak jadi dua kali lipat. Panggung pun berkembang dua kali lipat dari hanya dua panggung menjadi empat,” ujar Victor seperti dikutip dari Bandung Underground.

Senin (4/7) lalu, situs resmi Rock in Solo telah diluncurkan. Situs ini dapat digunakan sebagai media penyampaian informasi, baik itu informasi tentang pembelian tiket, line-up band yang akan tampil, hingga dokumentasi foto atau video.

Ada pun harga tiket dari Rock in Solo 2011 adalah sebagai berikut:
Presale 1 = Rp 50.000,00 (1 Juni – 31 Juli 2011)
Presale 2 = Rp 75.000,00 (1 Agustus – 31 Agustus 2011)
Presale 3 = Rp 100.000,00 (1 September – 16 September 2011)
On the spot = Rp 150.000,00

Sabtu, 03 Desember 2011

Ampera, Rumah Makan Sunda Suasana Modern


Oke, pada posting kali ini saya mau menulis tentang rumah makan Ampera, khususnya rumah makan Ampera yang terletak di Jalan Suci (dikenal juga sbg Jln PHH Mustofa) di kota Bandung. Ampera adalah rumah makan yang menyediakan masakan khas Sunda, dan dalam beberapa tahun ini popularitasnya tampak meningkat pesat, terbukti dengan terus dibukanya cabang-cabang baru Ampera di berbagai tempat di Bandung.
Salah satu cabang yang setahu saya cukup baru adalah Ampera yang terletak di Jalan Suci (mulai sekarang saya sebut sebagai Ampera Suci). Di antara semua Ampera yang pernah saya kunjungi (sebagai orang Bandung asli rasanya hampir semua cabang Ampera pernah saya datangi), Ampera Suci ini menurut saya adalah yang paling bagus, bahkan lebih bagus daripada Ampera pusat.
Di Ampera Suci, ada 2 gedung, yang sebelah kiri dan sebelah kanan (dengan posisi badang membelakangi jalan raya). Gedung yang kiri adalah Ampera yang lama, di sini suasananya nyaris sama aja dengan Ampera-Ampera yang lain. Di kanan, ini baru Ampera yang bagus, dan Ampera yang bagus ini yang akan saya bahas sekarang. Dalam ruangan dihias dengan berbagai lukisan dan ornamen dinding yang memberi suasana segar dan modern tapi tetap berasa alami khas Sunda. Gedungnya bersih, warna temboknya berani tapi tetap berkesan teduh, dan selain itu, ada juga taman yang bagus dengan kolam di dalam yang bisa dipakai foto-foto.
Konter makanan dibagi menjadi 2 meja panjang, yang satu meja untuk makanan prasmanan makan di tempat, yang satu lagi sepertinya untuk orang-orang yang mau makan dibungkus (dibawa pulang), jadi ga pakepuk antara yang mau makan di tempat dengan yang mau bawa pulang. Di atas meja makanan yang prasmanan ada lampu gantung yang bagus (ga penting, tapi kata saya mah emang bagus lampunya). Selain meja buffet, ada juga konter tempat kita bisa ngambil sambel+lalap sepuasnya, dan ada konter tempat kita bisa ngambil teh tawar, semuanya gratis. Untuk tempat makannya sendiri, kita bisa milih apakah mau makan di meja+kursi biasa, atau ngampar (dalam bahasa orang jawa: lesehan) di saung-saung.
Cukup tentang bangunannya, sekarang tentang makanannya. Rasa makanannya cukup enak, porsi nasinya pun cukup ideal lah, ga terlalu dikit sampe ngerasa rugi beli nasi (kaya kalau makan di KFC) dan habis makan masih lapar, tapi juga ga porsi kuli sampe habis makan ga bisa gerak kekenyangan dan bikin tambah gendut. Sambel gratisnya ada 3 macem, relatif enak semua dibanding sambel gratis di cabang Ampera yang lain, ada sambel tomat yang ga terlalu pedes dan rasanya segar, sambel terasi yang agak pedas dan asin, dan sambel-lupa-namanya yang pedes (tapi ga terlalu pedes untuk standar saya. Kalo ada yang suka sambel Sunda super pedas, coba ke Ampera di Cihampelas atau Bu Imas di Kebon Kalapa).
Makanan andalannya saya ga tau, tapi saya kalo ke Ampera selalu belinya ayam goreng atau ayam bakar biar cocok sama sambel, tapi kalo mau nyoba masakan khas Sunda yang lain yang mungkin enak, bisa coba pesen ikan asin atau sop buntut kayanya. Bagi saya sendiri, nasi hangat+ayam bakar+sambel pedes+teh tawar panas udah cukup untuk terasa seperti makanan surgawi (lebay mode ON :P )

Pelayanannya biasa aja, ga mengecewakan tapi ga mengagumkan, terus semua pelayan yang cewe berkerudung dan mukanya bersih bebas jerawat, dan banyak yang manis *halah*, walau ga se-good-looking pelayan di Pizza Hut dan ga semodis petugas Blitz Megaplex. Parkirnya agak luas, taksiran saya bisa muat 20+ mobil lah, dan tukang parkirnya cukup baik bukan tipe tukang parkir yang mau duitnya doang tapi giliran bantu parkirin atau nyetopin mobil di jalan raya asal-asalan.
Oh iya hampir lupa, di Ampera Suci ini juga ada live ngamen (kalo ga salah kalo weekend dan hari libur doang), dan so far sejauh ini menurut saya yang main di sana bagus-bagus, kaya yang main di kafe bergengsi lah. Format lagunya biasanya akustikan, dan pilihan playlist lagunya oke. Btw ini disebut ngamen, karena setau saya mereka yang main di Ampera ini ga dibayar oleh manajemen Ampera cuma disediain tempat aja, jadi kalau suatu ketika kesini, jangan lupa sumbang para musisi ini di box-box yang tersedia kalo ngerasa mereka main musiknya menghibur :)


Terahir, soal harga, rasanya normal-normal aja, buat patokan, harga teh botol 220 ml Rp 3000,- saja. Kalau makan sendirian, mungkin budget yang perlu disiapin sekitar 15-25 ribu lah sekali makan, udah dapat nasi + lauk utama + lauk pendamping (tahu/tempe/kentang/dll) + segelas jus mestinya.
Saya ga sempet foto-foto untuk ngegambarin gimana tepatnya suasana di Ampera Suci ini, lain kali kalau sempet saya update deh posting ini. Kalau Anda bukan orang Bandung tapi mau kesana, jalan paling gampang adalah keluar dari pintu tol Pasteur, lurus aja terus naik ke jalan layang Pasupati, lurus terus sampai turun di ujung jalan Surapati, dari situ lurus terus lagi sampe ngelewatin 2 lampu merah, nanti di dekat kampus Itenas di sebelah kiri jalan ada si Ampera Suci ini. That’s it, semoga bermanfaat :D

KUNJUNGAN TRANS STUDIO BANDUNG

Trans Studio Bandung

Trans Studio Bandung adalah sebuah taman bermain dalam ruangan yang berlokasi di Bandung Supermall. Trans Studio Bandung merupakan Trans Studio yang kedua setelah Makassar.
Awal bulan ini, saya menyempatkan diri mengunjungi Trans Studio Bandung ketika sedang padat-padatnya. Ini wajar, karena Trans Studio Bandung waktu itu belum genap berusia satu bulan, dipromosikan habis-habisan di media massa dan sedang waktunya liburan sekolah. Untuk mengantri tiket saja membutuhkan waktu tak kurang dari satu setengah jam.


Dalam kondisi ini, kedisiplinan masyarakat kita benar-benar diuji. Pada saat istri saya mengantri tiket, ternyata ada orang tua yang menyuruh anaknya menerobos antrian, padahal usia anaknya tersebut tak lebih dari 8 tahun. Sayangnya, petugas keamanan pun tidak dapat berbuat banyak, mungkin karena kewalahan atau terlalu mengasumsikan bahwa pengunjung dapat tertib mengantri.
Semenjak BSM direnovasi untuk pembangunan Trans Studio, saya jarang sekali mampir ke BSM. Kali ini wajah BSM jauh berbeda. Sisi barat yang tadinya tempat parkir terbuka, kini telah menjadi gedung tempat parkir yang di atasnya ada Trans Studio. Nyaris seluruh lahan BSM kini dikuasai oleh gerai-gerai dari Paragroup. Tak ada lagi Starbucks, digantikan dengan tak kurang dari setengah lusin gerai Coffee Bean & Tea Leaf. Gerai es krim Baskin-Robbins pun bertebaran dimana-mana.
Yang disebut dengan ‘tiket masuk’ ternyata adalah kartu Mega Cash. Ini adalah kartu pembayaran contactless yang cara kerjanya mirip dengan Flazz dari BCA atau eToll Card dari Bank Mandiri. Jika sudah memiliki kartu ini dengan saldo yang mencukupi, pengunjung sebenarnya hanya tinggal masuk ke area Trans Studio.
Trans Studio Bandung merupakan taman bermain dalam ruangan, kecuali satu: Yamaha Racing Coaster. Yamaha Racing Coaster merupakan satu-satunya wahana di Trans Studio yang berada di luar ruangan. Dengan tinggi 50 meter, roller coaster ulang alik ini terlihat dari jauh, dan mungkin satu-satunya tanda bahwa di tempat ini ada taman bermain.

Trans Studio Bandung terbagi menjadi tiga bagian: Studio Central, Magic Corner dan Lost City. Ketiganya terhubung ke sebuah panggung pertunjukan yang luas. Pertama memasuki Trans Studio, pengunjung langsung masuk ke bagian Studio Central. Di sini ada Yamaha Racing Coaster, Vertigo, Giant Swing dan beberapa wahana lainnya. Karena pengunjung yang membludak, saya memilih untuk tidak menaiki wahana yang antriannya panjang, dan memanfaatkan waktu saya untuk mengambil beberapa gambar.

Pemandangan di area Studio Central:
klik untuk melihat
Setelah menyusuri Studio Central, pengunjung akan sampai ke Amphitheater, yaitu tempat pertunjukan luas. Di tempat ini diselenggarakan berbagai pertunjukan. Ada yang di atas panggung, ada pula yang di tengah-tengah jalan.

Dari area Amphiteater, pengunjung dapat belok kiri ke The Lost City, atau belok kanan ke area Magic Corner.
Pemandangan di depan panggung Amphitheater:
klik untuk melihat
Pertama kali, kami langsung menuju The Lost City. Di sini terdapat wahana-wahana Sky Pirates, yaitu kereta yang bergerak di atas area Trans Studio; dan Jelajah, yang mirip dengan Niagara-gara di Dunia Fantasi. Di sini juga ada wahana Kong Climb, yaitu wahana panjat dinding. Kami memilih untuk menaiki Kong Climb karena waktu itu hanya wahana ini yang antriannya tidak terlalu panjang.
Pemandangan di area The Lost City:
Ketika kembali ke depan Amphitheater, ternyata pertunjukan “Legenda Putra Mahkota” akan dimulai. Kami pun menyaksikan pertunjukan ini. Ini adalah pertunjukan musikal dengan berbagai macam efek khusus dan atraksi dari puluhan pemain yang sangat memukau. Menurut saya pertunjukan ini tak kalah menarik dibandingkan pertunjukan The Golden Mickeys di Disneyland.

Sekitar pukul 16.30, petugas menyuruh para pengunjung untuk ke pinggir jalan. Rupanya iring-iringan parade akan dimulai. Parade ini menampilkan beberapa kendaraan dan puluhan peserta yang mengenakan kostum karakter. Parade ini berlangsung kurang lebih selama 30 menit.

Selanjutnya kami menuju area Magic Corner. Seperti area-area lainnya, di sini pun antrian terlalu panjang bagi saya untuk ikut mengantri. Saya hanya mengantri wahana Dunia Lain hanya karena kami mendapat kesan kalau antriannya tidak panjang, walaupun sebenarnya cukup panjang. Kami yang bukan pengunjung VIP mengantri tak kurang dari satu setengah jam. Sedangkan pengunjung VIP diberi antrian khusus yang bersebelahan dengan antrian biasa. Hasilnya, tentu saja, setiap kali ada pengunjung VIP yang masuk akan langsung disoraki oleh pengunjung reguler yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Dalam antrian ini, disiplin pengunjung kembali diuji. Masalah yang saya dapati dalam antrian pertama saya di Trans Studio ini adalah gang antrian terlalu lebar. Seperti biasa, di Indonesia seseorang tidak akan membiarkan celah sekecil apapun di depan. Jika ada celah sekecil apapun, maka akan diserobot ‘angkot’. Tak berbeda seperti di jalan raya, di Trans Studio pun demikian.
Dunia Lain adalah wahana ‘rumah hantu’. Pengunjung menaiki sebuah kereta yang bergerak sendiri secara otomatis. Sepanjang perjalanan, pengunjung menyaksikan berbagai macam legenda kota Bandung yang berhubungan dengan hal-hal mistis, seperti halnya ambulans Bahureksa, Gua Belanda, dan lain-lain.

Pemandangan di area Magic Corner:
klik untuk melihat
Jam 9 malam antrian mulai surut. Saya memilih untuk naik wahana Sky Pirates untuk mengabadikan suasana Trans Studio Bandung dari atas.
Trans Studio Bandung tutup jam 10 malam. Pengelola memberi kesempatan bagi pengunjung untuk menguangkan kartu Mega Cash bagi yang tidak membutuhkan lagi kartu tersebut. Menurut pengalaman saya memang kartu ini praktis tidak berguna di luar BSM. Jadi kami memilih untuk menguangkan kartu tersebut.
Dengan harga tiket masuk Rp 150 ribu untuk hari biasa dan Rp 200 ribu untuk akhir pekan, Trans Studio Bandung cukup terjangkau. Pengunjung memiliki pilihan untuk menjadi VIP dengan menambahkan Rp 200 ribu lagi. Namun ini perlu dipertimbangkan lagi karena dalam beberapa wahana, menjadi VIP tidak banyak memotong antrian. Selain itu, perlu mental yang kuat karena pada beberapa wahana antrian VIP sejajar dengan antrian reguler. Siap-siap saja untuk dipelototi atau bahkan disoraki teman-teman di antrian reguler.
Trans Studio Bandung menyediakan beberapa wahana yang cocok untuk dinikmati anak kecil, tapi tidak terlalu banyak, dan rasanya anak-anak kecil dengan tinggi di bawah 110cm hanya akan lebih banyak menyaksikan orang tuanya bermain.
Karena terlampau penuh sesak, Rp 200 ribu/orang yang kami keluarkan waktu itu ternyata tidak sepadan dengan apa yang kami dapatkan. Selain itu masih terdapat beberapa wahana yang belum beroperasi. Mudah-mudah di lain waktu saya bisa mendapatkan kesempatan untuk kembali ke Trans Studio Bandung menikmati wahana-wahana yang lain, dan tentu saja, dalam suasana yang tidak penuh sesak.

Jumat, 25 November 2011

Lebih Fashionable, Hanya 5 Kilogram

TIGA sepeda Fixie terjejer rapi di Robbie Bike Shop di Palembang Trade Centre (PTC) Mall, siang kemarin (27/4). Satu diantaranya polos berwarna hitam di bagian ujung dekat kaca pembatas tenant tersebut. Sedangkan dua sepeda lainnya putih dengan warna ban oranye dan ungu.
    Berbagai aksesoris sepeda pun tersedia lengkap di tenant tersebut. Seperti pengaman helm variasi warna, lampu, lonceng, sarung tangan dan alat perlengkapan sepeda lainnya. Dua pegawai yang berjaga, tengah berbincang dengan konsumen yang sudah menjadi langganan. ”Silahkan duduk mas,” kata seorang pegawai kepada koran ini saat masuk di tenant tersebut.
    Kedua pegawai yang diketahui bernama Agus dan Evri, menjelaskan seputaran sepeda Fixie tersebut. Menurut Agus, sepeda Fixie sudah ada di Indonesia sejak 2009 lalu, tepatnya di Jakarta yang kemudian dipasarkan di Metropolis sejak 2010 lalu. . Sepeda Fixie berbeda dengan sepeda lain pada umumnya. ”Beda, karena sepeda Fixie ini sangat ringan, lebih simple dan utamanya lebih fashionable,” kata Agus.
    Katanya, berat sepeda Fixie tersebut hanya 5 kilogram, sedangkan sepeda pada umumnya memiliki berat 12 kilogram. Ringannya sepeda Fixie tersebut, karena bahannya yang terbuat dari alumunium. ”Kalau sepeda lainnya terbuat dari besi,” bebernya.
    Fashionable yang dimaksudkan, adalah soal warna ban sepeda yang lebih ngejreng. Banyak pilihan warna yang bisa dijadikan alternatif pemilik sepeda Fixie. Dari yang ada di tenant tersebut, yang disediakan terlihat warna merah, biru, hitam dan pink. ”Tapi kita punya semua warna, warna apapun yang diminta tersedia,” ungkapnya.
    Namun, warna pink yang tersedia tidak harus digunakan para wanita, karena banyak juga pria yang membeli warna pink. ”Menurut mereka, yang penting ngejreng. Jadi, warna apa saja bisa digunakan pria atau wanita. Ada juga yang memadukan dengan warna berbeda pada ban depan dan belakang,” ungkapnya seraya mengatakan batangan sepeda hanya tersedia warna putih dan hitam, namun bisa dikreasikan sendiri dengan aneka warna lainnya.
    Dari awal penjualan hingga kini, pembelian sepeda Fixie makin meningkat. Menurutnya, peminat sepeda yang membeli mulai beralih ke sepeda Fixie tersebut. ”Ditambah dengan adanya program pemerintah yang memasyarakatkan kegiatan bersepeda dan fun bike pada hari tertentu. Banyak bisa dilihat pengguna sepeda Fixie ini pada malam hari juga, seperti di Kambang Iwak dan lokasi lainnya,” ungkapnya seraya mengatakan penjualan perbulannya kini mencapai 15 sepeda.
    Selain itu, sepeda Fixie juga menjadi alternatif pilihan bagi pengguna sepeda. Terbukti dengan makin meningkatnya penjualan sepeda per tiap bulan dan banyak digunakan oleh pegawai. ”Pegawai PT Pusri juga mulai banyak yang menggunakan sepeda ini. Selain itu anak sekolahan, seperti SMA Kumbang dan sebagainya,” ungkap Agus.
    Pengguna sepeda Fixie ini juga memiliki komunitas masing-masing. Diketahuinya, ada 3 komunitas yang sudah terbentuk di Metropolis. Yakni, Sicog, WRGT dan Palembang Fixie Gear. ”Mulai anak-anak hingga dewasa yang tergabung dalam komunitas tersebut,” bebernya.
    Namun, ukuran sepeda Fixie belum ada khusus untuk anak-anak. Semua sepeda yang masuk kategori Fixie dengan ukuran all size atau standar. Ditempatnya, ada beberapa merk yang dijual. Seperti Mosso yang bisa dibeli secara batangan frame senilai Rp2.050.000. Sedangkan secara keseluruhan atau lengkap mencapai Rp7,1 juta. Kemudian PC Opro dengan frame-nya seharga Rp2,9 juta dan siap pakai mencapai Rp7,5 juta.
      ”Khusus merk Raleigh, tidak dijual secara frame tapi secara keseluruhan sebesar Rp9 juta,” katanya. Namun, bagi peminat yang berkantung tipis, bisa membeli frame lokal yang langsung diambil dari Surabaya seharga Rp440 ribu. ”Tapi, kalau frame lokal terbuat dari besi,” bebernya.
      Selain itu, pihaknya juga menyediakn service sepeda di tempat tersebut. Untuk aksesorisnya, tidak banyak yang pas dengan sepeda Fixie tersebut. Bila ingin dilakukan penambahan aksesoris, bisa menggunakan lampu khusus dan sadel sepeda saja.
      Yang membedakan Fixie dengan sepeda lainnya, juga dalam hal pengereman, karena sepeda ini memiliki sistem double trap. ”Jadi, kalau mau mengerem tinggal memutarbalikkan ayuhan sepeda saja, nanti akan mengerem sendiri,” kata Agus lagi.
      Namun, untuk lebih nyaman, juga disediakan satu rem depan yang ada di bagian kiri stang. Stangnya sendiri, lebih pendek daripada sepeda lainnya. Untuk pegangan di stang, diberikan karet yang juga bisa dirubah warna sesuai kesukaan.(*)

Adit Pelopor Sepeda Fixie di Jakarta - Danang Apex Photography - Komunitas Fixie di FX
Aksi Trik Fixie - Danang Apex Photography - Komunitas Fixie di FX
Danang Apex Photography - Komunitas Fixie di FX
Bersiap Nite Ride - Danang Apex Photography - Komunitas Fixie di FX
Danang Apex Photography - Komunitas Fixie di FX
Sepeda-sepeda para pengunjung - Danang Apex Photography - Komunitas Fixie di FX
Fixie Memenuhi FX Mall Jakarta - Danang Apex Photography - Komunitas Fixie di FX